Skip to content
Beranda » Berpameran Foto Indonesia dan Hari Fotografi Dunia

Berpameran Foto Indonesia dan Hari Fotografi Dunia

Halo teman-teman pegiat fotografi lubang jarum

Terima kasih atas antusiasme teman teman dalam mengikuti virtual exhibition indonesian pinhole day 2020, diluar ekspektasi kami awalnya hanya menyediakan untuk 50 karya. Dikarenakan antusias teman teman yang mengikuti pameran sangat banyak hingga 122 karya. maka kami melakukan upgrade sistem dalam menggunakan ruang virtual.

Dalam pameran ini tercatat jumlah pengirim karya sebanyak 58 orang. Lokasi pengambilan gambar lebih dari 80 lokasi yang tersebar dari se Indonesia. Jenis kamera yang digunakan adalah 9 jenis kamera handmade, 5 kamera dslr dan 1 kamera medium format. Bahan utama kamera handmade antara lain, batu, karton, kaleng, kayu, plastik, PVC dan triplek.

Media rekam yang paling banyak digunakan adalah kertas peka cahaya dengan berbagai macam ukuran dan jenis, sedangkan untuk film yang digunakan jenis film dengan ukuran 35 mm dan 120 mm. Media rekam digital pun ikut serta bahkan hingga ruangan kamar yang digunakan untuk menampilkan imaji ala lubang jarum.

Terima kasih atas perhatian dan antusias teman-teman untuk mengikuti pameran ini.

Selamat bersenang- senang.

Tim koordinasi pameran

Indonesianpinhole.id

Pengantar kuratorial

Sejak 2004, tugas S1 mengambil tema KLJ (Kamera Lubang Jarum) yang berhasil dipertahankan dengan gemilang tercatat 11 orang. Tesis S2-nya dengan nilai A, 2 orang. Beberapa Prodi Fotografi menjadikan KLJ sebagai mata kuliah wajib. Lahirlah para instruktur dan aktivis KLJ yang gigih di berbagai daerah hingga dari tahun 2001 hingga 2016, lebih dari 50 komunitas tumbuh dari Aceh hingga Papua. Berbagai pameran besar dan kecil merebak. Tak ketinggalan puluhan media cetak dan televisi pun meliput kerja komunitas yang unik ini karena selain mampu melahirkan puluhan kamera dari bahan sampah, juga mampu diterima oleh berbagai kalangan mulai dari SD, Perguruan Tinggi, hingga Umum. Mungkin ini terjadi karena alasan seperti yang dinyatakan Newseum Indonesia pada 7 Desember 2010 saat memberikan “Anugerah Tirto Adhi Soerjo” untuk kategori communiNATION, bahwa :

KLJI (Komunitas Lubang Jarum Indonesia) memanifestasikan suatu diktum bahwa proses alam dan kenyataan harus diikuti oleh sebuah alkimia dengan menggunakan hukum jarum sebagai proses. Apalagi jika itu dilakukan secara kolektif dan sadar sehingga menjadi sebuah kesaksian jurnalistik di tengah deru percepatan yang dielukan. Lantas jurnalistik tak semata hasil, tapi bagaimana hal itu dicapai dengan sebuah proses alkimia”.

Dunia fotografi sangat luas, jadi sayang jika kita berpikiran sempit. Karena fotografi bukan dimulai sejak adanya kamera dan kemampuan mencetak gambar positif pada suatu media, namun sejak manusia menyadari indahnya lukisan cahaya ciptaanNya. Karena fotografi adalah melukis dengan cahaya, maka gunakanlah cara dan alat apapun untuk memvisualkannya. Kemajuan teknologi pun tak akan membunuh kebesaran fotografi, karena jiwa fotografi adalah imajinasi manusia itu sendiri.

Bersyukur efek kekhawatiran yang muncul di awal 1990 sejak teknologi digital mulai merasuki dunia cetak-mencetak saat menjadi pewarta foto, hingga 1996 saat kamera digital mulai merebak sehingga aku yang hobi mencetak foto di kamar gelap pun mulai asyik menikmati kamar terang digital ini bisa terus mewabah. Ide mensosialisasikan KLJ memang muncul karena kemudahan digital yang menggembirakan tapi justru pada satu sisi menggelisahkan khususnya di bidang pendidikan dan kreativitas.

Karena pemikiran ide kreatif muncul saat kita terdesak, lahirlah ide menjerumuskan diri kedalam ruang gelap analog lalu berusaha mencari titik cahaya untuk jalan keluarnya, dengan harapan perjalanan seni proses itu akan menemukan konsep pencarian jatidiri. Pasti kegagalan selalu menyertai. Tapi karena keingintahuan yang tinggi dan dilakukan dengan kegembiraan maka lahirlah jargon “gagal itu seru”. Karena untuk bisa membuat foto yang baik semua harus dilakukan secara berulang dengan menghayati kegagalan hingga lahirlah persoalan konsep. Namun penguasaan konsep tak mungkin datang tiba-tiba. Konsep hanya bisa “dibeli” dengan kekayaan jiwa. Dengan kerjasama lima indera. Karena itulah lambang KLJI bukan sudut mata, tapi telapak tangan dengan ke lima jari.

Fotografi pun seperti Indonesia. Banyak cara kebiasaan berbeda, namun tak bisa dan tak boleh saling mencemooh apalagi merendahkan. Biarkan masing-masing berkembang, saling memperkaya dalam satu kesatuan. Karena itulah sejarah fotografi adalah sejarah kebudayaan. Beruntung kelemahan lamanya pencahayaan pada fotografi Lubang Jarum berimbas positif khususnya pada pendokumentasian sejarah kebudayaan khususnya Warisan Budaya Benda yang dilakukan oleh hampir seluruh KLJI di Indonesia.

Bagi KLJI setiap langkah adalah ujian, namun saat ini selain semakin jarang dan mahalnya kertas foto serta bahan yang biasa digunakan, masa Pandemi pun mempertajam tersendatnya pergerakan komunitas. Semoga gelar pameran online yang diikuti oleh sebagian aktivis Lubang Jarum ini kembali menjadi awal dari cita-cita bersama untuk menularkan Seni Proses.

#salam5jari

(Ray Bachtiar Dradjat)

Suasana pameran virtual Indonesian Pinhole Day 2020

Multimedia ruang pameran virtual Indonesian Pinhole Day 2020 dalam rekaman singkat

Panduan dalam menjelajah ruang dalam Pameran Virtual Indonesia Pinhole Day dapat diakses pada tautan berikut : Panduan Pameran

Sumber :

Video Jelajah Ruang Pamer oleh Adnan Rusdi