Kaleng bekas + kreatifitas = kamera?
"Semua benda yang mempunyai ruang, bisa dijadikan kamera"
Kamera Lubang Jarum (KLJ) atau pinhole adalah kamera yang kita buat sendiri dari benda-benda yang mempunyai ruang, misalkan kotak kardus atau kaleng, yang dilubangi sebatang jarum. Fotografi lubang jarum adalah fotografi tanpa lensa. Sebuah lubang kecil menggantikan lensa. Cahaya melewati lubang, lalu suatu citra terbentuk dalam kamera. Jadi pada dasarnya kamera lubang jarum adalah sebuah kotak atau kaleng, dengan lubang kecil di satu ujung dan film atau kertas foto di ujung lainnya.

Metode
Prinsip kerjanya hanya memanfaatkan sinar yang masuk melalui lubang tersebut, lalu menghasilkan gambar terbalik pada sisi yang berlawanan dari tempat lubang. Seperti yang tampak pada gambar ini.


Metode ini dinamakan obscura, ditemukan oleh para ilmuwan di masa lampau. Abad 4 SM Aristoteles mengatakan bahwa cahaya yang melewati lubang kecil akan membentuk bayangan gambar atau image. Demikian pula dikatakan Moti pada abad 5 SM, dan abad 10 oleh Ibnu Al Haytam.
Anatomi kamera kaleng
Kamera kaleng dibagi menjadi 3 bagian:
- Celah cahaya (lensa)
- Ruang film
- Jepretan (shutter)


Membuat Kamera Kaleng
Alat dan bahan
- kaleng bekas
- lakban hitam
- cat pilox
- alumunium foil atau minuman kaleng
- jarum
- gunting
- amplas / kertas gosok
- bor
Menyiapkan tabung kamera


- Membuat lubang pada dinding kaleng untuk meletakkan lensa pinhole menggunakan bor atau alat lainnya.
- Haluskan bekas potongan dengan amplas, biar tidak melukai jari saat memakai kamera kaleng nanti.
- Untuk ruang film atau ruang gelap kamera, cat bagian dalam kaleng dengan warna hitam doff, lalu keringkan.
- Warna hitam doff berguna untuk mengurangi refleksi cahaya yang tidak diinginkan.
Membuat lensa
‘Lensa’ kamera lubang jarum merupakan benda yang dilubangi dengan jarum, biasanya alumunium foil atau minuman kaleng.

Dalam hal ini, diistilahkan sebagai ‘lensa’ pinhole agar dapat dipahami dengan mudah sehingga dapat dibayangkan sebagai sebuah benda yang fungsinya sama dengan lensa kamera umumnya. Lensa pada pinhole sama sekali bukan lensa dalam pengertian ilmu fisika maupun pada kamera berlensa, tetapi lensa pinhole berupa lubang jecil celah cahaya.
Celah cahaya atau lubang jarum dapat disetarakan dengan diafragma (aperture) pada kamera berlensa, yaitu celah tempat masuknya cahaya dari luar ke dalam ruang film. Besar-kecilnya lubang sangat berpengaruh pada waktu pencahayaan (exposure). Jika lubang kecil maka cahaya masuk akan sedikit sehingga waktu pencahayaan yang dibutuhkan cukup lama. Sebaliknya, jika lubang besar akan menyebabkan waktu pencahayaan semakin singkat. Penetapan waktu pencahayaan yang ideal setiap lensa, lebih bersifat empiris bukan matematis.
Siapkan potongan aluminium foil pembungkus makanan atau minuman kaleng. Untuk minuman kaleng perlu digosok dulu biar tipis, menggunakan amplas. Lubangi bagian tengahnya dengan jarum, untuk memasukkan cahaya. Caranya, letakkan aluminium foil atau potongan minuman kaleng itu di atas permukaan yang keras dan rata, kemudian tekan dan putar jarum sampai terbentuk lubang sebesar ujung jarum. Dengan bantuan lakban hitam, tempelkan lensa pinhole pada bagian dinding kaleng yang berlubang. Untuk menghindari refleksi pada saat pemotretan, luka tusukan jarum harus ada di bagian dalam ruang film. Untuk meyakinkan tidak adanya bocoran cahaya, tutup sekeliling lensa pinhole dengan lakban hitam. Kemudian membuat ‘jepretan’ atau ‘shutter’ dari lakban, dengan sistem buka-tutup saat pemotretan.



Cara Memotret

Memasang kertas film
Kertas film negatif mengandung emulsi yang sangat peka terhadap cahaya. Jadi pemasangan kertas negatif ini harus dilakukan di kamar gelap. Masukkan kertas foto ke ruang film dalam posisi permukaan kertas yang mengandung emulsi menghadap ke arah lubang kamera.

Memotret kamera kaleng
Sebelum memotret, sebaiknya mencari obyek yang pantas untuk dipotret. Jarak antara kamera dengan obyek sangat tergantung pada besar kecilnya benda yang akan dipotret dan bentuk kamera yang digunakan. Sebelum pemotretan dilakukan, jepretan harus tetap dalam posisi tertutup. Ketika hendak merekam gambar (memotret), kita cukup menggeser atau membuka jepretan tersebut. Selama pemotretan, upayakan posisi kamera tetap stabil. Oleh karena itu, sebaiknya letakkan pemberat di atas kamera atau ganjal sisi kamera dengan batu atau benda lainnya.
Posisi kamera

Gambar horizontal akan diperoleh jika kamera kaleng diletakkan dengan posisi berdiri


Gambar vertikal akan diperoleh jika kamera kaleng diletakkan dengan posisi tidur


Proses terjadinya gambar

Penampilan kamera lubang jarum sangat sederhana, tidak dibebani oleh berbagai “tombol” dan “lensa” sebagaimana layaknya kamera mutakhir. Oleh karena itu, penentuan fokus, pengaturan cahaya, dan lama pencahayaan sangat dipengaruhi atau tergantung pada jam terbang sang fotografer. Kamera lubang jarum tidak memiliki “lensa” maupun pengatur jarak fokus, hanya terdapat celah cahaya yang besarnya selubang jarum. Walaupun demikian, cukup meyakinkan dan mampu merekam gambar dengan baik, f/stop-nya pasti di atas 175 (f/175). Artinya, ruang ketajaman gambarnya (deep of field) sangat luas. Walaupun tidak dilengkapi dengan lensa (optik), KLJ mampu merekam gambar dengan baik.
Proses terjadinya gambar pada KLJ cukup sederhana. Garis cahaya membentuk garis silang (huruf X), obyek / benda diproyeksikan oleh cahaya kemudian memasuki celah lubang jarum dan terekam pada emulsi kertas foto. Imaji yang ditangkap emulsi pada kertas foto itu berbetuk maya, terbalik diperkecil. Walaupun tanpa bantuan lensa, celah cahaya yang sangat kecil ini sangat membantu dalam rnembangun imaji yang cukup tajam. Asalkan jarak bidikannya tidak terlalu dekat, pasti hasilnya fokus. Berbeda dengan KLJ, kamera RLT / SLR dilengkapi oleh lensa sehingga jarak fokus dapat diatur.
Waktu Pencahayaan

Waktu pencahayaan merupakan salah satu peristiwa yang terjadi pada proses fotografi. Cahaya pantulan sebuah benda masuk melalui celah cahaya ke dalam kamera atau ruang film. Di dalam ruang film, cahaya pantulan ini akan membentuk sebuah bayangan gambar. Selanjutnya, untuk mengabadikan peristiwa ini, dibuatlah film atau kertas dilumuri bahan kimia yang bisa bereaksi jika terkena cahaya. Masalahnya, gambar yang diabadikan pada film atau kertas foto bisa sempurna jika lama atau waktu cahaya yang masuk (untuk “membakar’ film atau kertas foto tersebut) bisa “pas’ (tidak kurang atau lebih).
a. Under exposure. Semakin singkat waktu pencahayaan, berarti cahaya yang masuk akan kurang atau terlalu sedikit. Akibatnya, gambar yang dihasilkan sangat tipis (tidak jelas). Solusinya, perlu dilakukan penambahan waktu pencahayaan.
b. Over exposure. Sebaliknya, waktu pencahayaan yang berlebihan akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan terlalu tebal (gelap). Solusinya, perlu dilakukan pengurangan waktu pencahayaan. Setiap kamera pinhole mempunyai ‘kemampuan‘ yang berbeda-beda dalam mengambil cahaya, tergantung besar-kecilnya lubang celah cahaya dan juga ruang gelap kamera. Maka tiap kamera yang baru dibuat harus dilakukan beberapa kali percobaan. Wajar jika biasanya hanya pemilik (pembuat) kamera tersebut yang paham kemampuan kamera pada berbagai kondisi cahaya.
Proses kamar gelap (dark room)
Alat
- enlarger (bisa diganti dengan lampu belajar)
- baskom / nampan 3 buah untuk chemical
- ember
- penjepit kertas
- gelas ukur
- kaca
- sarung tangan
- lap / handuk
Pemasangan dan pengeluaran kertas foto harus dilakukan di kamar gelap. Jika tidak ada kamar gelap khusus, bisa membuat kamar gelap dengan ruangan yang ada, misalnya kamar mandi yang digelapkan. Pada kamar gelap yang sesungguhnya, alat pencetak ini biasa disebut enlarger. Pada proses pencetakan kali ini, fungsi enlarger bisa diganti dengan lampu duduk 25 watt.
Daerah basah adalah tempat untuk proses pencucian, lengkap dengan peralatan yang terdiri dari tiga buah nampan. Masing-masing nampan berfungsi untuk proses pengembang (developer), penghenti (stop bath), dan penetap (fixed). Selain itu, juga harus disiapkan sebuah ember berisi air untuk membilas gambar.

Film / Kertas negatif
Pantulan cahaya dari bayangan gambar akan membakar film / kertas foto. Reaksi pada kertas bagian yang tidak terbakar akan berwarna putih dan sebaliknya, bagian yang terbakar akan menjadi hitam. Warna gambar pada film akan terlihat berlawanan dengan aslinya. Selain itu, posisi obyek pun terbalik. Keadaan seperti inilah yang disebut negatif (film negatif/kertas negatif). Jika film atau kertas negatif tersebut diproses akan menghasilkan cetakan positif seperti foto-foto pada umumnya. Keadaan ini berbeda dengan penampakan yang dihasilkan film positif (slide dan polaroid).
Chemical

1. Developer (bahan larutan pengembang)
Pada dasarnya, kertas foto hitam putih dapat dicuci dalam larutan pengembang jenis apapun. Larutan pengembang ini dapat berupa serbuk atau cairan yang dikemas dalam kaleng, dus, atau botol plastik kedap cahaya. Pengembang serbuk biasanya berupa single powder (terdiri dari gabungan bahan kimia). Sebelum digunakan, pengembang single powder ini perlu dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu. Berdasarkan fungsinya, larutan pengembang ada dua macam, yaitu larutan pengembang untuk film dan larutan pengembang untuk kertas foto. Susunan kandungan bahan kimia untuk pengembang film negatif dengan kertas foto agak berbeda.
2. Stopper
Larutan penghenti merupakan larutan asam yang berfungsi untuk menghentikan reaksi larutan pengembang. Pada prakteknya, pemakaian larutan penghenti (stop-bath) sering diabaikan. Tentunya, hal ini akan memperpendek umur larutan penetap (fixer) yang digunakan. Dalam keadaan terpaksa, dapat mengganti stop-bath dengan larutan asam cuka (asam asetat), dengan konsentrasi 20 % yang dilarutkan dalam air bersih (perbandingan 1 : 4).
3. Fixer
Larutan penetap ini berfungsi untuk membuat hasil imagi lebih tahan lama, atau bisa dikatakan fixer ini adalah lautan pengawet gambar pada emulsi yang telah ’dikembangkan’.
Catatan: Sebaiknya, seluruh komposisi bahan baik pengembang, penghenti, maupun penetap digunakan pada suhu 20°C. Apabila digunakan di atas 20°C, waktu pengembangan semakin cepat sehingga gambar yang dihasilkan tampak kasar. Jika digunakan di bawah 20 °C, waktu pengembangan akan semakin lama sehingga gambar yang dihasilkan tidak cemerlang.
Mencuci kertas negatif
Bayangan gambar pada film maupun kertas foto baru bisa muncul apabila sudah dicuci. Tahap pertama yang harus diperhatikan saat mencuci kertas foto adalah menyiapkan larutan pengembang, larutan penghenti, larutan penetap dan air. Selanjutnya, KLJ dibawa ke dalam kamar gelap, lalu kertas negatif dikeluarkan dari ruang film KLJ di daerah kering. Setelah itu, kertas dibawa ke daerah basah untuk dilakukan pencucian. Ini 5 tahap dalam pencucian.

• Proses pengembangan
Masukkan kertas foto ke dalam larutan pengembang & emulsi kertas berada di bagian atas. Goyang-goyangkan nampan secara teratur, agar seluruh kertas terendam secara merata. Lama perendaman sekitar 1 – 3 menit. Jika terlalu lama gambar yang dihasilkan akan cenderung hitam dan kekontrasannya hilang (over developing).
• Proses penghentian
Pindahkan kertas foto (kertas negatif) dari larutan pengembang ke dalam larutan penghenti, lakukan perendaman sekitar 30 detik.
• Proses penetapan
Pindahkan kertas negatif dari larutan penghenti ke dalam larutan penetap menggunakan penjepit yang berbeda. Goyang-goyangkan nampan secara teratur agar proses pengembangannya menjadi stabil. Dengan merendam kertas negatif pada larutan penetap maka unsur perak halida yang berada pada emulsi kertas negatif tidak lagi bereaksi. Lama perendaman dalam larutan penetap sekitar 2-3 menit.


• Proses pembilasan
Pindahkan kertas negatif dari larutan penetap ke dalam air yang mengalir (atau yang diganti-ganti secara teratur tiga atau empat kali selama pembilasan). Lama pembilasan antara 15 – 30 menit. Kalau kurang, larutan-larutan dalam proses pencucian akan tertinggal, akibatnya, lama-kelamaan gambar akan pudar dan cenderung menguning.
• Proses Pengeringan
Sebelum dikeringkan, besut kertas negatif menggunakan spon busa secara perlahan. Lakukan pekerjaan ini dalam ruang bebas debu, lalu keringkan. Kertas negatif tidak dianjurkan untuk dikeringkan di bawah terik sinar matahari karena sinar matahari sangat kuat sehingga dapat merusak emulsi.
Hasil kamera lubang jarum
Hasil pemotretan kamera lubang jarum berupa negatif. Ada beberapa cara untuk mengubah dari negatif menjadi positif :
- cetak manual di kamar gelap
- scan atau repro menggunakan kamera digital, kemudian dipositifkan di photoshop atau aplikasi lain dengan cara mirror dan invert


Contoh hasil kamera lubang jarum
Karya hasil kamera kaleng maupun kamera lainnya bisa dilihat di galeri ya..
Q n A
Q : Di dalam kalengnya ada kamera apa?
A : Di dalam kaleng tidak ada kamera, kaleng itulah kameranya. Media rekamnya berupa kertas foto hitam putih.
Q : Itu pake kertas foto yang biasa dipakai ngeprint ya?
A : Bukan, kertas foto yang dipakai adalah kertas foto hitam putih. Kalo ingat jaman dulu ada pasphoto atau cuci cetak yang pake lampu petromak, nah kertas itu yang dipakai. Ada merek Ilford, Merit, Lucky, dan berbagai merk lainnya. Jadi bukan kertas yang dipakai printing digital itu.
Q : Itu seperti focal length berapa?
A : Yang kamera kaleng, karena silinder jadinya seperti lensa fish eyes, tetapi efeknya / visualnya berbeda. Kalau yang kamera kayu (kotak) kurang lebih seperti lensa 24mm – 35mm kalau di kamera full frame.
Q : A Motretnya apa harus di outdoor? ga bisa di indoor?
A : Sebenarnya tidak harus outdoor. Kita bisa memotret di dalam ruangan dengan menggunakan lampu studio, namun perlu perhitungan yang matang untuk mendapatkan waktu exposure agar dapat foto yang normal.
Q : Berapa lama waktu exposure untuk mendapatkan gambar yang normal?
A : Tiap kamera pinhole mempunyai ‘kemmapuan’ yang berbeda, tergantung besar-kecil lubang jarum yang dibuat. Makin kecil lubang, waktu exposurenya makin lama. Sebaliknya makin besar lubang, makin sebentar waktunya. Namun rata-rata antara 30 – 60 detik pada kondisi cahaya cerah sore hari, jam 15.00 – 17.00 WITA (waktu Bali).
• Jika masih ada pertanyaan, jangan sungkan untuk tulis di kolom komentar di bawah ini ya…